Kamis, 01 Juli 2010

SENI RUPA MURNI (SENI LUKIS)

Mengekspresikan pikiran dan atau perasaan melalui sebuah lukisan atau gambar adalah sangat mungkin. Seorang seniman apakah ia pelukis, pematung maupun pegrafis sejati tidak lepas dari aktifitas ini, mereka senantiasa mengekspresikan ide-ide mereka ke dalam sebuah karya. Mereka mencari ide dan bentuk baru untuk karya mereka, sebagai konsekuensi tuntutan kreatifitas. Tujuan utama berkaryanya semata-mata untuk ekspresi dan estetika yang mereka perjuangkan, jadi ketika berkarya seniman tidak dibebani oleh tuntutan/keharusan apakah karya yang sedang dibuat itu akan disenangi orang atau tidak…. akan laku atau tidak…. Dengan kata lain ketulusan dan kemurnian hati melandasi ekspresi mereka.

Dalam tataran klasifikasi seni rupa, aktifitas seniman tersebut dibingkai dalam frame yang disebut ”seni rupa murni”.

Lantas, apa hubungan semua itu dengan pembelajaran seni rupa di kelas? Nah, di sini saya ingin berbagi tentang proses pembelajaran seni rupa murni (seni lukis) di SMP tempat saya mengajar.

Dalam pembelajaran ini saya membaginya dalam beberapa tahap. Tahap pertama, penjelasan tentang konsep seni rupa murni (penekanan pada seni lukis). Tahap kedua, siswa menentukan tema/topik yang akan diangkat ke dalam lukisan yang akan mereka buat, dalam hal ini siswa di arahkan untuk menggali tema-tema lingkungan hidup, ini saya lakukan sebagai upaya mengkaitkan pembelajaran seni rupa dengan pendidikan lingkungan hidup. Tahap berikutnya adalah menyusun konsep penciptaan lukisan secara tertulis. Konsep penciptaan ini ditulis dalam sistematika penulisan sederhana, yang terbagi dalam beberapa bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian konsep penciptaan dan bagian penutup. Tahap penulisan konsep penciptaan ini dilakukan pertahap dan melalui proses pembimbingan per kelompok, ini saya lakukan supaya siswa benar-benar paham dengan apa yang akan mereka sampaikan lewat sebuah lukisan. Setelah konsep penciptaan selesai, tibalah saatnya untuk berekspresi…. yaitu tahap pembuatan lukisan atau berkarya.

Karena konsep penciptaan sudah disusun terdahulu, maka siswa tidak terlalu mengalami kesulitan dalam hal-hal teknis, seperti penentuan bahan, alat, teknik serta subjek matter lukisan. Dalam berkarya, saya membebaskan siswa dalam berekspresi dan menentukan bentuk-bentuk mereka sendiri. Satu hal yang sering saya tekankan adalah bahwa tidak ada satu siswapun yang tidak berbakat, semua siswa adalah berbakat. Tinggal apakah mereka memiliki keberanian atau tidak untuk mengekspresikannya.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari proses pembelajaran ini antara lain, pertama siswa merasa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, karena mereka sedari awal berperan aktif dalam menentukan arah karya seni lukis yang akan dibuat. Dengan adanya kebebasan dalam membuat bentuk, siswa lebih percaya diri mengekspresikan ide-ide mereka.

2 komentar:

  1. ya benar, nilai ekspresi yang dalam dari intuitis yang secara sadar datang dari lubuk alam pikiran,mute dan energi yang positip akan berjalan seiring apabila dikuatkan dengan contoh salah satu objek umpama daun dan kayu kering atau batu,kepala, mata,.. tumpulnya dan keterbatasan imajinasi seseorang karena tidak didekatkan dengan alam nyata terdahulu kemudian alam maya

    BalasHapus
  2. Sebenarnya anak punya bakat, hanya belum dibuka, mungkin dengan stimulan dari tiga orang yang diantaranya berbakat dengan mencoba diberi pujian
    ,hadiah dan media, serta bimbingan aktif, dengan banyak-banyak menggores di tanah,di kayu, kertas kardus dengan dimulai warna putih, hitam kemudia warna merah, kuning, dan biru maka ada perubahan dari warmna maupun bentuk, kemudian mencoba dengan
    media lain busa, kapuk,kertas, dan kemudian tangan

    BalasHapus