Selasa, 13 Juli 2010

DAFTAR LUKISAN TERMAHAL DI DUNIA

Salah satu lukisan Pablo Picasso mencetak rekor baru untuk karya seni paling mahal dalam lelang dengan laku $106 juta. Lukisan seniman Spanyol berjudul Nude, Green Leaves and Bust laku dalam lelang di Christie’s, New York. Karya tahun 1932 tersebut milik mendiang kolektor dari Los Angeles Frances dan Sidney Brody sejak tahun 1950-an. Tawaran yang menang diajukan oleh peserta lelang yang namanya tidak disebutkan melalui telefon.

Hasil ini memecahkan rekor yang dicetak oleh Walking Man I karya Giacometti’s Walking Man I, yang terjual bulan Februari dengan harga $104,3 juta. Karya lain Picasso, Garcon a la Pipe, sebelumnya pernah mencetak rekor dengan laku terjual dengan harga $104,1 juta pada tahun in 2004. Nude, Green Leaves and Bust diperkirakan akan laku pada kisaran $70m-$90 juta.

Harga pemecah rekor, yang mencakup komisi Christie’s, dianggap menjadi pertanda bahwa pasar seni telah mulai pulih dari krisis keuangan dunia. “Keluarga Brody membeli karya ini pada tahun 50-an. Karya ini hanya dipamerkan sekali pada 1961,” kata Conor Jordan, pimpinan departemen impresionis pada Christie’s, seperti dikutip “BBC”.

Lukisan-lukisan yang sangat mahal apabila berpindah tangan selalu dijual melalui lelang barang berharga seperti di Sotheby’s atau Christie’s.
Sebagian besar dari lukisan-lukisan yang paling terkenal didunia dimiliki oleh musium, yang sangat jarang mereka jual kembali. Apabila terjadi penjualan oleh musium, biasanya harganya setinggi langit.

Misalnya lukisan Mona Lisa akan dijual, maka harga jualnya akan berada jauh diatas harga lukisan-lukisan pada daftar berikut.
The Guinness Book of Records menempatkan Mona Lisa dengan nilai asuransi tertinggi bagi sebuah lukisan sepanjang sejarah. Nilai asuransinya ditetapkan sekitar US$100 juta pada tanggal 14 Desember 1962, sebelum lukisan tersebut dibawa berpameran keliling USA untuk beberapa bulan lamanya.

Apabila inflasi diperhitungkan, harga ini akan melonjak diatas US$670 juta (6,7 Triliun Rupiah) pada tahun 2006.
Musium Louvre di Paris, tempat dimana sekarang Mona Lisa berada lebih memilih untuk menghabiskan banyak dana untuk keamanan penyimpanan lukisan yang sangat luar biasa ini, daripada menjualnya.

Daftar harga tertinggi hasil lelang lukisan

1. “Garçon à la pipe” oleh Pablo Picasso
Terjual dengan harga US$104.1 juta pada tanggal 4 Mei 2004 di Sotheby’s, New York (Nilai sekarang: US$106,910,700.00)
2. “Portrait of Dr. Gachet” oleh Vincent van Gogh
Terjual dengan harga US$82.5 juta pada tanggal 15 Mei 1990 di Christie’s, New York (Nilai sekarang: US$116,793,226.33)
3. “Bal au moulin de la Galette, Montmartre” oleh Pierre-Auguste Renoir
Terjual dengan harga US$78 juta pada tanggal 17 Mei 1990 di Sotheby’s, New York (Nilai sekarang: US$110,422,686.71)
4. “Irises” oleh Vincent van Gogh
Terjual dengan harga US$49 juta pada tanggal 11 November 1987 di Sotheby’s, New York (Nilai sekarang: US$78,402,796.71)
5. “Massacre of the Innocents” oleh Peter Paul Rubens
Terjual dengan harga UK£49.5 juta (US$76.7 juta) pada tanggal 10 Juli 2002 di Sotheby’s, London (Nilai sekarang: US$77,927,200.00)
6. “Les Noces de Pierrette” oleh Pablo Picasso
Terjual dengan harga US$49 juta pada tanggal 30 November 1989 (Nilai sekarang: US$72,697,766.77)
7. “Portrait de l’artiste sans barbe” oleh Vincent van Gogh
Terjual dengan harga US$65 juta pada tanggal 19 November 1998 di Christie’s, New York (Nilai sekarang: $71,691,040.02)
8. “Rideau, Cruchon et Compotier” oleh Paul Cézanne
Terjual dengan harga US$60.5 juta pada tanggal 10 Mei 1999 di Sotheby’s, New York (belakangan dijual kembali dengan rugi)
9. “Femme aux Bras Croisés” oleh Pablo Picasso
Terjual dengan harga US$50 juta pada tanggal 8 November 2000 di Christie’s, New York (Nilai sekarang: US$52,851,507.20)

Kamis, 08 Juli 2010

LUKISAN DEKORATIF


Dalam perencanaan renovasi sekarang metode yang sangat relevan dari berbagai jenis lukisan dekoratif: sebuah razmyvki metode, metode aditif, pewarna menggunakan template, garis warna.
Banyak orang memilih lukisan dekoratif, karena relatif murah dan mudah metode. Pola oleh roller adalah salah satu metode yang paling cepat dan sederhana. Lapisan cat diterapkan dua kali, kemudian pada permukaan yang basah di horizontal dan menerapkan pola vertikal rol khusus.

Metode suplemen alat dasar spons dan kain, dan kuas. Dalam latar belakang disusun diterapkan oleh sikat atau dengan menekan atau menggosok cat warna lain sedemikian rupa jadi latar belakang harus tetap terlihat sebagian. Anda dapat menerapkan pola di dinding atau sekarang mereka sebagai perbatasan.

Jika Anda ingin menghidupkan interior Anda dengan rincian berwarna-warni cerah sana Anda harus menggunakan template. Template dapat memproduksi sendiri dan dengan dinding mereka dicat seluruh atau membuat gambar yang terpisah. Dengan menggunakan metode pewarnaan garis, Anda dapat membuat desain dalam bentuk vertikal, garis horizontal atau miring, garis atau sel. Alat kerja dasar di sini adalah plester, yang harus sangat berhati-hati.

Menggunakan metode "kutu Warna" Anda dapat memberi Anda gaya dinding ringan dan lapang. Ketika menerapkan menggunakan campuran air, cat berbasis air, "Lasserre". Hanya ketika teknik keinginan Anda dapat mencampur dan dengan demikian cukup mendapatkan hasil yang baik. Untuk mudah menjadi terkontaminasi permukaan adalah kombinasi sempurna dari garis ketat berdasarkan template gambar dan warna-kutu. " Setelah mengotori bagian bawah permukaan dapat digunakan metode razmyvki, dengan dinding akan terlihat lebih indah.

Sekarang Anda dapat dengan aman mengambil perbaikan dan untuk memastikan bahwa rumah Anda akan menjadi unik dan tak ada bandingannya. Jangan takut untuk bereksperimen, membuat template, ingat, Imajinasi Anda akan dinilai berdasarkan merit.
Bookmark and Share

Rabu, 07 Juli 2010

MISTERI DIBALIK LUKISAN MONALISA


Sejumlah ilmuwan Jerman yakin telah berhasil memecahkan misteri di balik lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci.
Lisa Gherardini, istri saudagar kaya Florentine, Francesco del Giocondo, selama ini diyakini sebagai perempuan yang paling mungkin menjadi model lukisan potret abad 16 itu. Namun para ahli sejarah menduga-duga, perempuan tersenyum itu bisa jadi kekasih, ibu atau da Vinci sendiri.
Sekarang, para ahli di Perpustakaan Universitas Heidelberg mengatakan catatan yang ditulis di pinggiran buku oleh pemiliknya, Oktober 1503, membuktikan bahwa Lisa del Giocondo adalah benar-benar model lukisan paling terkenal di dunia itu.
"Semua keraguan tentang identitas Mona Lisa tersingkir dengan penemuan Dr Armin Schlechter, a manuscript expert," demikian pernyaatan Perpustakaan Universitas Heidelberg, Senin (14/1).
Sejauh ini hanya sedikit bukti yang tersedia dari dokumen-dokumen abad 16. Akibatnya ruang interpretasi terbuka luas dan banyak identitas yang dilekatkan pada Mona Lisa.
Catatan di buku itu dibuat oleh pejabat kota Florentina, Agostino Vespucci, teman dekat da Vinci dalam sebuah koleksi surat oleh orator Rowami, Cicero. Catatan itu membandingkan da Vinci dengan seniman Yunandi Apelles dan menyebutkan bahwa da Vinci saat itu membuat tiga lukisa, salah satunya potret Lisa de Giocondo.
Para pakar seni yang telah menentukan tahun pelukisan Mona Lisa, mengatakan penemuan Heidelberg itu merupakan terobosan penting dan penyebutan awal yang menghubungkan dengan potret istri saudagar itu.
"Tidak perlu ada lagi alasan untuk menyebut ini perempuan lain," kata Frank Zoellner, sejarawan seni dari Universitas Leipzig kepada sebuah radio di Jerman.
Nama Lisa Gherardini sebenarnya sudah dihubungkan dengan lukisan itu sejak 1550 oleh Giorgio Vasari, seorang pejabat Italia, namun pernyataan diragukan karena dibuat lima dekade setelah lukisan itu dibuat.
Catatan di Heidelberg itu sebenarnya sudah dua tahun lalu ditemukan oleh Schlecter. Meski sudah tercantum dalam katalog, namun temuan itu tidak dipublikasikan secara luas sampai seorang penyiar radio Jerman membuat rekaman di perpustakaan itu.
Lukisan yang kini dipajang di Museum Louvre Paris itu juga dikenal dengan sebutan La Gioconda, yang dalam bahasa Italia berarti perempuan yang gembira. Namun bisa juga merujuk pada nama hasil perkimpoian perempuan itu.

Selasa, 06 Juli 2010

LUKISAN KALIGRAFI


A Mustofa Bisri

Bermula dari kunjungan seorang kawan lamanya Hardi. Pelukis yang capai mengikuti idealismenya sendiri lalu mengikuti jejak banyak seniman yang lain: berbisnis; meski bisnisnya masih dalam lingkup bidang yang dikuasainya. Seperti kebanyakan bangsanya, Hardi sangat peka terhadap kehendak pasar. Dia kini melukis apa saja asal laku mahal. Mungkin karena kecerdasannya, dia segera bisa menangkap kela-kuan zaman dan mengikutinya. Dia melukis mulai perempuan cantik, pembesar negeri, hingga kaligrafi. Menurut Hardi, kedatangannya di samping silaturrahmi, ingin berbincang-bincang dengan Ustadz Bachri soal kaligrafi. Ustadz Bachri sendiri yang sedikit banyak mengerti soal kaligrafi Arab, segera menyambutnya antusias. Namun, ternyata tamunya itu lebih banyak berbicara tentang aliran-aliran seni mulai dari naturalis, surealis, ekpresionis, dadais, dan entah apa lagi. Tentang teknik melukis, tentang komposisi, tentang perspektif, dan istilah-istilah lain yang dia sendiri baru dengar kali itu. Sepertinya memang sengaja menguliahi Ustadz Bachri soal seni dan khususnya seni rupa. Yang membuat Ustadz Bachri agak kaget, ternyata, meskipun sudah sering pameran kaligrafi, Hardi sama sekali tak mengenal aturan-aturan penulisan khath Arab. Tak tahu bedanya Naskh dan Tsuluts, Diewany dan Faarisy, atau Riq’ah dan Kufi. Apalagi falsafahnya. Katanya dia asal “menggambar” tulisan, mencontoh kitab Quran atau kitab-kitab bertulisan Arab lainnya. Dia hanya tertarik dengan makna ayat yang ia ketahui lewat Terjemahan Quran Departemen Agama, lalu dia tuangkan ayat itu ke dalam kertas atau kanvas. Bila ayat itu berbicara tentang penciptaan langit dan bumi, maka dia pun melukis pemandangan, lalu di atasnya dituliskan ayat yang bersangkutan. Kalau tidak begitu, dia tulis ayat yang dipilihnya dalam bentuk-bentuk tertentu yang menurutnya sesuai dengan makna ayat. Ada hurufnya yang ia bentuk seperti mega, burung, macan, tokoh wayang, dan sebagainya. Ustadz Bachri bersyukur atas kedatangan kawannya yang-meskipun agak sok- telah memberinya wawasan mengenai kesenian, terutama seni rupa. ***RINGKAS cerita, begitu si tamu berpamitan seperti biasa Ustadz Bachri mengiringkannya sampai pintu. Nah, sebelum keluar melintasi pintu rumahnya itulah si tamu tiba-tiba berhenti seperti terkejut. Matanya memandang kertas bertulisan Arab yang tertempel di atas pintu, lalu katanya, “Itu tulisan apa? Siapa yang menulis?” Ustadz Bachri tersenyum, “Itu rajah. Saya yang menulisnya sendiri.” “Rajah?” “Ya, kata Kiai yang memberi ijazah, itu rajah penangkal jin.” “Itu kok warnanya aneh; sampeyan menulis pakai apa?” Matanya tanpa berkedip terus memandang ke atas pintu. “Pakai kalam biasa dan tinta cina dicampur sedikit dengan minyak za’faran. Katanya minyak itu termasuk syarat penulisan rajah.” “Wah,” kata tamunya masih belum melepas pandangannya ke tulisan di atas pintu, “sampeyan mesti melukis kaligrafi.” “Saya? Saya melukis kaligrafi?” katanya sambil tertawa spontan. “Tidak. Saya serius ini,” tukas tamunya, “sampeyan mesti melukis kaligrafi. Goresan-goresan sampeyan berkarakter. (“Ini apa pula maksudnya?” Ustadz Bachri membatin, tak paham). Kalau bisa di atas kanvas. Tahu kanvas kan?! Betul ya. Tiga bulan lagi, kawan-kawan pelukis kaligrafi kebetulan akan pameran; Nanti sampeyan ikut. Ya, ya!” Ustadz Bachri tidak bisa berkata-kata, tapi rasa tertantang muncul dalam dirinya. Kenapa tidak, pikirnya. Orang yang tak tahu khath saja berani memamerkan kaligrafinya, mengapa dia tidak? Namun, ketika didesak tamunya, dia hanya mengangguk asal mengangguk. Setelah tamunya itu pergi, dia benar-benar terobsesi untuk melukis kaligrafi. Setiap kali duduk-duduk sendirian, dia oret-oret kertas, menuliskan ayat-ayat yang ia hapal. Dia buka kitab-kitab tentang khath dan sejarah perkembangan tulisan Arab. Bahkan dia memerlukan datang ke kota untuk sekadar melihat lukisan-lukisan yang dipajang di galeri dan toko-toko, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk membeli kanvas, cat, dan kuas. Anak-anak dan istrinya agak bingung juga melihat dia datang dari kota dengan membawa oleh-oleh peralatan melukis. Lebih heran lagi ketika dia jelaskan bahwa dialah yang akan melukis. Meski mula-mula istri dan anak-anaknya mentertawakan, namun melihat keseriusannya, ramai-ramai juga mereka menyemangati. Mereka dengan riang ikut membantu membereskan dan membersihkan gudang yang akan dia pergunakan untuk “sanggar melukis”. Mungkin tidak ingin diganggu atau malu dilihat orang, Ustadz Bachri memilih tengah malam untuk melukis. Istri dan anak-anaknya pun biasanya sudah lelap tidur, saat dia mulai masuk ke gudang berkutat dengan cat dan kanvas-kanvasnya. Kadang-kadang sampai subuh, dia baru keluar. Di gudangnya yang sekarang merangkap sanggar itu, berserakan beberapa kanvas yang sudah belepotan cat tanpa bentuk. Di antaranya sudah ada yang sedemikian tebal lapisan catnya, karena sering ditindas. Karena begitu dia merasa tidak sreg dengan lukisannya yang hampir jadi, langsung ia tindas dengan cat lain dan memulai lagi dari awal. Hal itu terjadi berulang kali. “Ternyata sulit juga melukis itu,” katanya suatu ketika dalam hati, “enakan menulis pakai kalam di atas kertas.” Hampir saja Ustadz Bachri putus asa. Tapi, istri dan anak-anaknya selalu melemparkan pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang kedengaran di telinganya seperti menyindir nyalinya. Maka, dia pun bertekad, apa pun yang terjadi harus ada lukisannya yang jadi untuk diikutkan pameran. Sampai akhirnya, ketika seorang kurir yang dikirim oleh Hardi kawannya itu, datang mengambil lukisannya untuk pameran yang dijanjikan, dia hanya-atau, alhamdulillah, sudah berhasil-menyerahkan sebuah “lukisan”. Ketika sang kurir menanyakan judul lukisan dan harga yang diinginkan, seketika dia merasa seperti diejek. Tapi kemudian dia hanya mengatakan terserah. “Bilang saja kepada Mas Hardi, terserah dia!” katanya. Dia sama sekali tidak menyangka. ***MESKIPUN ada rasa malu dan rendah diri, dia datang juga pada waktu pembukaan pameran untuk menyenangkan kawannya Hardi, yang berkali-kali menelepon memaksanya datang. Ternyata pameran-di mana “lukisan” tunggalnya diikutsertakan-itu diselenggarakan di sebuah hotel berbintang. Wah, rasa malu dan rendah dirinya pun semakin memuncak. Dengan kikuk dan sembunyi-sembunyi dia menyelinap di antara pengunjung. Dari kejauhan dilihatnya Hardi berkali-kali menoleh ke kanan ke kiri. Mungkin mencari-cari dirinya. Ada pidato-pidato pendek dan sambutan tokoh kesenian terkenal, tapi dia sama sekali tidak bisa tenang mendengarkan, apalagi menikmatinya. Dia sibuk mencari-cari “lukisan”-nya di antara deretan lukisan-lukisan kaligrafi yang di pajang yang rata-rata tampak indah dan mempesona. Apalagi dipasang sedemikian rupa dengan pencahayaan yang diatur apik untuk mendukung tampilan setiap lukisan. “Apakah lukisanku juga tampak indah di sini?” pikirnya, “di mana gerangan lukisanku itu dipasang?” Sampai akhirnya, ketika acara pidato-pidato usai dan para pengunjung beramai-ramai mengamati lukisan-lukisan yang dipamerkan, dia yang mengalirkan diri di antara jejalan pengunjung, belum juga menemukan lukisannya. Tiba-tiba terbentik dalam kepalanya “Jangan-jangan lukisanku diapkir, tidak diikutkan pameran, karena tidak memenuhi standar.” Aneh, mendapat pikiran begitu, dia tiba-tiba justru menjadi tenang. Dia pun tidak lagi menyembunyikan diri di balik punggung para pengunjung. Bahkan, dia sengaja mendekati sang Hardi yang tampak sedang menerang-nerangkan kepada sekerumunan pengunjung yang menggerombol di depan salah satu lukisan. Lukisan itu sendiri hampir tak tampak olehnya tertutup banyak kepala yang sedang memperhatikannya. “Lha ini dia!” tiba-tiba Hardi berteriak ketika melihatnya. Dia jadi salah tingkah dilihat oleh begitu banyak orang, “Ini pelukisnya!” kata Hardi lagi, lalu ditujukan kepada dirinya, “Kemana saja sampeyan. Sudah dari tadi ya datangnya? Sini, sini. Ini, bapak ini seorang kolektor dari Jakarta, ingin membeli lukisan sampeyan.” Astaga, ternyata lukisan yang dirubung itu lukisannya. Dia lirik tulisan yang terpampang di bawah lukisan yang menerangkan data lukisan. Di samping namanya, dia tertarik dengan judul (yang tentu Hardi yang membuatkan): Alifku Tegak di Mana-mana. Wah, Hardi ternyata tidak hanya pandai melukis, tapi pandai juga mengarang judul yang hebat-hebat, pikirnya. Di kanvasnya itu memang hanya ada satu huruf, huruf alif. Lebih kaget lagi ketika dia membaca angka dalam keterangan harga. Dia hampir tidak mempercayai matanya: 10.000 dollar AS, sepuluh ribu dollar AS! Gila! “Begitu melihat lukisan Anda, saya langsung tertarik;” tiba-tiba si bapak kolektor berkata sambil menepuk bahunya, “apalagi setelah kawan Anda ini menjelaskan makna dan falsafahnya. Luar biasa!” Dia tersipu-sipu. Hardi membisikinya, “Selamat, lukisan sampeyan dibeli beliau ini!” “Katanya, Anda baru kali ini ikut pameran,” kata si bapak kolektor lagi tanpa memperhatikan air mukanya yang merah padam, “teruskanlah melukis dari dalam seperti ini.” (“Melukis dari dalam? Apa pula ini?” pikirnya) Wartawan-wartawan menyuruhnya berdiri di dekat lukisan alifnya itu untuk diambil gambar. Dia benar-benar salah tingkah. Pertanyaan-pertanyaan para wartawan dijawabnya sekenanya. Mau bilang apa? Besoknya hampir semua media massa memuat berita tentang pameran yang isinya hampir didominasi oleh liputan tentang dirinya dan lukisannya. Hampir semua koran, baik ibu kota maupun daerah, melengkapi pemberitaan itu dengan menampilkan fotonya. Sayang dalam semua foto itu sama sekali tidak tampak lukisan alifnya. Yang terlihat hanya dia sedang berdiri di samping kanvas kosong! Beberapa hari kemudian, beberapa wartawan datang ke rumah Ustadz Bachri. Bertanya macam-macam tentang lukisan alifnya yang menggemparkan. Tentang proses kreatifnya, tentang bagaimana dia menemukan ide melukis alif itu, tentang prinsip keseniannya, dlsb. Seperti ketika pameran dia asal menjawab saja. Ketika makan siang, istri dan anak-anaknya ganti mengerubutinya dengan berbagai pertanyaan tentang lukisan alifnya itu pula. “Kalian ini kenapa, kok ikut-ikutan seperti wartawan?!” teriaknya kesal. “Tidak pak, sebenarnya apa sih menariknya lukisan Bapak? Kok sampai dibeli sekian mahalnya?” tanya anak sulungnya. “Kenapa sih Bapak hanya menulis alif?” tanya si bungsu sebelum dia sempat menjawab pertanyaan kakaknya, “mengapa tidak sekalian Bismillah, Allahu Akbar, atau setidaknya Allah, seperti umumnya kaligrafi yang ada?” Istrinya juga tidak mau kalah rupanya. Tidak sabar menunggu dia menjawab pertanyaan-pertanyaan anak-anaknya. “Terus terang saja, Mas, sampeyan menggunakan ilmu apa, kok lukisanmu sampai tidak bisa difoto?” Ustadz Bachri geleng-geleng kepala. Kepada para wartawan dan orang lain, dia bisa tidak terus terang, tapi kepada keluarganya sendiri bagaimana mungkin dia akan menyembunyikan sesuatu. Bukankah dia sendiri yang mengajarkan dan memulai tradisi keterbukaan di rumah. “Begini,” katanya sambil menyantaikan duduknya; sementara semuanya menunggu penuh perhatian, “terus terang saja; saya sendiri sama sekali tidak menyangka. Kalian tahu sendiri, saya melukis karena dipaksa Hardi, tamu kita yang pelukis itu. Saya merasa tertantang.” “Saya sendiri baru menyadari bahwa meskipun saya menguasai kaidah-kaidah khath, ternyata melukis kaligrafi tidak semudah yang saya duga. Apalagi, kalian tahu sendiri, sebelumnya saya tidak pernah melukis. Lihatlah, di gudang kita, sekian banyak kanvas yang gagal saya lukisi. Bahkan, saya hampir putus-asa dan akan memutuskan membatalkan keikutsertaan saya dalam pameran. Tapi, Hardi ngotot mendorong-dorong saya terus.” “Lalu, ketika cat-cat yang saya beli hampir habis, saya baru teringat pernah melihat dalam pameran kaligrafi dalam rangka MTQ belasan tahun yang lalu, seorang pelukis besar memamerkan kaligrafinya yang menggambarkan dirinya sedang sembahyang dan di atas kepalanya ada lafal Allah. Saya pun berpikir mengapa saya tidak menulis Allah saja?” Ustadz Bachri berhenti lagi, memperbaiki letak duduknya, baru kemudian lanjutnya, “Ketika saya sudah siap akan melukis, ternyata cat yang tersisa hanya ada dua warna: warna putih dan silver. Tetapi, tekad saya sudah bulat, biar hanya dengan dua warna ini, lukisan kaligrafi saya harus jadi. Mulailah saya menulis alif. Saya merasa huruf yang saya tulis bagus sekali, sesuai dengan standar huruf Tsuluts Jaliy. Namun, ketika saya pandang-pandang letak tulisan alif saya itu persis di tengah-tengah kanvas. Kalau saya lanjutkan menulis Allah, menurut selera saya waktu itu, akan jadi wagu, tidak pas. Maka, ya sudah, tak usah saya lanjutkan. Cukup alif itu saja.” “Jadi, tadinya Bapak hendak menulis Allah?” sela si bungsu. “Ya, niat semula begitu. Yang saya sendiri kemudian bingung, mengapa perhatian orang begitu besar terhadap lukisan alif saya itu. Saya juga tidak tahu apa yang dikatakan Hardi kepada kolektor dari Jakarta itu, tetapi dugaan saya dialah yang membuat lukisan saya bernilai begitu besar. Termasuk idenya memberi judul yang sedemikian gagah itu.” “Tetapi, sampeyan belum menjawab pertanyaan saya,” tukas istrinya, “sampeyan menggunakan ilmu apa, sehingga lukisan sampeyan itu ketika difoto tidak jadi dan yang tampak hanya kanvas kosong yang diberi pigura?” “Wah, kamu ini ikut-ikutan mempercayai mistik ya?! Ilmu apa lagi? Saya tadi kan sudah bilang, alif itu saya lukis hanya dengan dua warna yang tersisa. Sedikit putih untuk latar dan sedikit silver untuk huruf alifnya. Mungkin, ya karena silver di atas putih itu yang membuatnya tak tampak ketika difoto.” Istri dan anak-anaknya tak bertanya-tanya lagi; tetapi Ustadz Bachri tak tahu apa mereka percaya penjelasannya atau tidak.

Kamis, 01 Juli 2010

Lukisan ReaLis Ratu KiduL & Dunia Mitos Kita


Catatan: Agak mustahil bagi anak Jawa untuk tak mengenal atau tak pernah dengar sama sekali tentang mitos yang sangat melegenda : Nyi Roro Kidul. Setidaknya dari yang saya alami sendiri, ada tiga episode berbeda dalam pikiran dan perasaan saya, yang merupakan proses belajar dan pencerahan diri dalam menyikapi ‘keberadaan’ Nyi Roro Kidul.

Ketika masih bocah , ditanamkan dalam benak saya bahwa Nyi Roro Kidul adalah sosok yang sangat menakutkan, penculik anak, pembawa sial, penebar penyakit, pertanda kematian, pencabut nyawa dan masih banyak lagi predikat negative lainnya yang seram-seram. Sosok yang muncul dalam gambar pikiranpun jadi sangat menyeramkan, seperti tampilan nenek sihir dalam dongeng dan diiringi para tentara lelembut yang ganas menyeramkan.
Beranjak muda remaja, mulai muncul gambaran Nyi Roro kidul yang cantik tapi masih tetap dengan sifat yang menakutkan...Bayangan tentang sifat yang menakutkan inipun berangsur menipis, bahkan sosok Nyi Roro Kidul sendiri berangsur hilang (bukan terhapus), sembunyi dari pikiran sadar. Hal ini terjadi bukan karena “ngerti”, atau dapat info yang benar, tapi lebih karena dilawan dan ditekan keras oleh rasio, dan ‘akal sehat’ yang (seolah) ‘selalu menang dan benar’ dengan mengatakan :”.. ah itu kan hanya mitos yang dibuat untuk tujuan politis...”
Setelah lewat waktu panjang, secara kebetulan dan tak sengaja, sering kontak dengan orang-orang yang “ngerti”dunia lain, maka mulai terbuka hati ini. Saya menjadi tahu bahwa ada dua sosok yang berbeda, Nyi Roro Kidul dan Kanjeng Ratu Kidul.

Konsep Lukisan:
Beliau Kanjeng Ratu Kidul adalah seorang Ratu yang sangat cantik jelita, seorang wanita sakti yang baik hati, mempesona, berakhlak mulia, lurus dan kuat keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan Sang Ratu yang mulia dan mempesona ini menarik perhatian bangsa lelembut /makhluk halus/ jin. Mereka menilai beliau akan mampu memimpin, mengajari, mengarahkan bahkan menyelamatkan mereka sampai ke akhirat, saat kiamat nanti. Merekapun bersepakat memohon beliau untuk menjadi Ratu mereka. Dengan ikhlas beliau menerima dan berpindah dari alam manusia ke alam gaib di laut selatan.. Maka jadilah Kanjeng Ratu Kidul yang mulia ini menjadi penguasa para lelembut , bertahta di Laut Selatan…

Sedangkan yang selama ini membuat citra negative dengan isu-isu menakutkan adalah sang patih / senopati Kanjeng Ratu Kidul yang ber nama Nyi Roro Kidul, atau pengikut dan peniru yang lain yang ngaku-aku. Karena (mungkin) itu memang ‘tugas asli’ kaum mereka, menyesatkan manusia yang ‘sengaja minta disesatkan”… entahlah …wallahu alam.

SENI RUPA MURNI (SENI LUKIS)

Mengekspresikan pikiran dan atau perasaan melalui sebuah lukisan atau gambar adalah sangat mungkin. Seorang seniman apakah ia pelukis, pematung maupun pegrafis sejati tidak lepas dari aktifitas ini, mereka senantiasa mengekspresikan ide-ide mereka ke dalam sebuah karya. Mereka mencari ide dan bentuk baru untuk karya mereka, sebagai konsekuensi tuntutan kreatifitas. Tujuan utama berkaryanya semata-mata untuk ekspresi dan estetika yang mereka perjuangkan, jadi ketika berkarya seniman tidak dibebani oleh tuntutan/keharusan apakah karya yang sedang dibuat itu akan disenangi orang atau tidak…. akan laku atau tidak…. Dengan kata lain ketulusan dan kemurnian hati melandasi ekspresi mereka.

Dalam tataran klasifikasi seni rupa, aktifitas seniman tersebut dibingkai dalam frame yang disebut ”seni rupa murni”.

Lantas, apa hubungan semua itu dengan pembelajaran seni rupa di kelas? Nah, di sini saya ingin berbagi tentang proses pembelajaran seni rupa murni (seni lukis) di SMP tempat saya mengajar.

Dalam pembelajaran ini saya membaginya dalam beberapa tahap. Tahap pertama, penjelasan tentang konsep seni rupa murni (penekanan pada seni lukis). Tahap kedua, siswa menentukan tema/topik yang akan diangkat ke dalam lukisan yang akan mereka buat, dalam hal ini siswa di arahkan untuk menggali tema-tema lingkungan hidup, ini saya lakukan sebagai upaya mengkaitkan pembelajaran seni rupa dengan pendidikan lingkungan hidup. Tahap berikutnya adalah menyusun konsep penciptaan lukisan secara tertulis. Konsep penciptaan ini ditulis dalam sistematika penulisan sederhana, yang terbagi dalam beberapa bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian konsep penciptaan dan bagian penutup. Tahap penulisan konsep penciptaan ini dilakukan pertahap dan melalui proses pembimbingan per kelompok, ini saya lakukan supaya siswa benar-benar paham dengan apa yang akan mereka sampaikan lewat sebuah lukisan. Setelah konsep penciptaan selesai, tibalah saatnya untuk berekspresi…. yaitu tahap pembuatan lukisan atau berkarya.

Karena konsep penciptaan sudah disusun terdahulu, maka siswa tidak terlalu mengalami kesulitan dalam hal-hal teknis, seperti penentuan bahan, alat, teknik serta subjek matter lukisan. Dalam berkarya, saya membebaskan siswa dalam berekspresi dan menentukan bentuk-bentuk mereka sendiri. Satu hal yang sering saya tekankan adalah bahwa tidak ada satu siswapun yang tidak berbakat, semua siswa adalah berbakat. Tinggal apakah mereka memiliki keberanian atau tidak untuk mengekspresikannya.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari proses pembelajaran ini antara lain, pertama siswa merasa lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, karena mereka sedari awal berperan aktif dalam menentukan arah karya seni lukis yang akan dibuat. Dengan adanya kebebasan dalam membuat bentuk, siswa lebih percaya diri mengekspresikan ide-ide mereka.

Rabu, 30 Juni 2010

Luisan CukiL Kayu

Mata pisau yang tajam menyelusuri serat kayu dengan ribuan cukilan. Sebuah tekanan pada tangan menghasilkan cukilan yang dalam atau bisa juga berupa torehan kecil bak sebuah goresan pensil. Setiap torehan diperhitungkan kedalamannya karena cukilan dengan kedalaman berbeda akan menghasilkan cetakan yang berbeda. Proses inilah yang biasanya dilakukan berulang-ulang oleh seorang seniman grafis yang menggunakan teknik cukil kayu, sebelum menghasilkan karya akhir berupa hasil cetakan. Tahap proses cetak juga bisa berlangsung berkali-kali. Kadang-kadang hasilnya tak sesuai dengan hasil cukilan, sehingga harus dicukil lagi. Sebuah proses berkarya yang tertahan, butuh waktu lama, dan tak jarang juga menjemukan.

Supangkat Wahyudi, perupa grafis alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, memutus rantai proses yang menjemukan ini menjadi sebuah proses kreatif sekali jadi. Supangkat mengakhirinya pada proses mencukil tanpa proses cetak. Hasilnya, 13 lukisan monokrom di atas kayu tripleks yang rata-rata berukuran besar.

Lukisan cukil kayu Supangkat menggambarkan semua proses awal untuk membuat karya grafis cukil kayu. Penonton serta-merta terserap dalam bayangan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran Supangkat. Bayangkan, ia menampilkan potret klasik Monalisa dalam ukuran besar. Cuplikan karya Leonardo da Vinci ini digambarkan sedang menggenggam telepon seluler. Sedangkan gambar latar berupa susunan gedung jangkung, dikesankan sebagai obyek yang berada di luar titik fokus pandangan. Komposisi obyek-obyek yang tak wajar itu digarap dengan citra realitas fotografis. Tak mengherankan kalau Supangkat butuh waktu delapan bulan untuk menyelesaikan karya ini.

Komposisi bentuk ini mengingatkan pada kecenderungan bahasa ungkap sejumlah perupa kontemporer yang suka mencibir pada kehidupan sosial dengan gaya parodi. "Saya suka mengamati perubahan cara hidup dan gaya hidup masyarakat yang semakin materialistis dan konsumtif," ujar Supangkat, perancang grafis pada biro iklan. Untuk menajamkan unsur parodi pada karyanya, Supangkat sering mengutip idiom populer, misalnya kartu ATM, kartu kredit, burger, tongkat golf. Idiom populer ini kemudian disandingkan dengan gambar yang juga sudah populer, semacam lukisan Picasso berjudul La Guernica (1937), potret Monalisa, atau cuplikan lukisan klasik pada masa romantik.

Pada karyanya berjudul Habis Golf Pastilah Terang, Supangkat mengontraskan kesederhanaan gaya hidup lewat potret diri R.A. Kartini dengan materialisme. Di kedua tangannya yang dibalut sarung tangan kulit ini terselip tongkat golf. Pada gambar latar terlihat landskap padang golf yang rindang dengan seorang laki-laki sedang mengayunkan tongkat golf .

Supangkat juga suka bermain-main dengan tema kontekstual pada masanya, sebagaimana yang terlihat pada karya bertajuk Musyawarah Mufakat untuk Menjilat Bersama, yang dibuat pada 1995, atau Tiga Wanita Berdialog tentang Tinggal Landas, yang dibuatnya pada 1997, dan yang terbaru berjudul Kutahu yang Kau Mau, Kata Franklin. Supangkat mengangkat krisis moneter lewat simbol tiga mata uang, yakni potret wajah Benyamin Franklin di atas uang US$ 100, potret wajah Ratu Elizabeth dengan bibir tersungging pada mata uang poundsterling, dan potret Sultan Hamengku Buwono IX pada lembaran Rp 10 ribu dengan mata melirik. Dengan sangat mahir Supangkat memainkan pisaunya menggarap pola garis yang rumit.

Lukisan cukil kayu yang terlihat sangat rumit ini sebenarnya lahir dari konsep sederhana. Supangkat hanya melabur permukaan kayu dengan tinta cina hitam. Teknik ini banyak digunakan seniman "pencukil kayu" untuk memudahkan melihat hasil akhir sebelum dicetak. Tapi Supangkat justru memanfaatkan teknik ini sebagai teknik pewarnaan. Warna terang berupa warna asli kayu muncul dari cukilan yang melebar, sedang susunan cukilan yang menyempit menghasilkan warna tengah dan cenderung gelap. Karya Supangkat ini merupakan cermin kecerdikan menyiasati hambatan teknik.

Sejarah Seni Lukis Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda.

Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.

Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.

Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.

Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.

Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

Aliran seni lukis

Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.

Aliran lain

* Ekspresionisme
* Impresionisme
* Fauvisme
* Neo-Impresionisme
* Realisme
* Naturalisme
* De Stijl

Abstrak

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.

Seni Lukis Zaman Primitif

Mempunyai ciri-ciri: kolektivitas dan religiusitas, bersifat populis, figur seniman sebagai individu nyaris tidak mendapat tekanan. Seni primitif menvisualisasikan pola hubungan konkrit dalam masyarakat.Seni merupakan ungkapan hierofani serentak, juga visualisasi dari yang sakral. Seni dan ritual religius menjadi identik,sifat seni primitif:
- Ritualistik menyebabkan banyaknya penggunaan pola-pola
dekoratif

- Spiritual religius menyebabkan seni tampil tidak dalam bentuk realisme melainkan pola-pola stilistik yang menampilkan imaji spiritual dari objek-objek, bahkan kekuatan-kekuatan gaib mistik
dibalik objek-objek itu.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Karena hasil-hasil peninggalan seni lukis pada jaman primitif, dapat dilihat hingga sekarang, seperti warna-warni cap dari jari tangan yang dibuat, menyebabkan seni lukis lebih cepat berkembang disbanding seni-senilain.
Seni lukis Pasca Primitif
Pada seni lukis pasca primitif, dewa yang natural alamiah berubah menjadi supernatural dan transenden. Dunia tidak lagi dianggap sakral (proses desakralisasi), dunia menjadi profon dan pengalaman sehari-hari tidak lagi dianggap hierofani seperti sebelumnya, sehingga pengalaman religius menjadi sesuatu yang khusus dan unik (mistik). Seni terbelah menjadi 2 yaitu seni religius dan seni profon. Keharusan menvisualisasi sesuatu yang transenden supernatural, yang praktis berarti keindahan dan keanggunan maksimal. Inspirasi dan motivasi religius dipadu dengan kecanggihan teknis, maka itu muncul karya-karya fantastis dan ajaib. Pada Pasca Primitif, terdapat perkembangan dua jaman sebelum renaisans, yaitu seni di jaman klasik dan jaman pertengahan, yaitu sebagaiberikut:
Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
• Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
• Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Pada zaman ini pada umumnya lukisan meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.

Realisme pada Seni Lukis Indonesia

Awal sebuah kata realisme muncul di dalam teori filsafat. Realisme merupakan paham atau ajaran yang selalu bertolak dari kenyataan. Dalam karya seni visual, istilah realisme mulai muncul pertama kali di Prancis sekitar tahun 1850, yang dipelopori oleh pelukis Gustav Courbet dan Francois Millet. Tema dalam karya-karya pelukis realisme pada masa itu lebih banyak mengambil objek kehidupan petani, buruh, maupun tukang. Di sisi lain, seni lukis realisme di Prancis, mendapat kecamatan keras dari para pemilik modal, kolektor, serta galeri. Dalam konteks ini timbul sebuah pertanyaan, bagaimana kemunculan seni lukis realisme di Indonesia?

DI Indonesia, realisme mulai muncul pada masa kolonial, tepatnya pada masa Raden Saleh Syarif Bustaman pertama kali mempopulerkan karya seni lukis yang bergaya realisme. Tak menutup kemungkinan gaya realisme yang dibawakan Raden Saleh itu merupakan hasil pengaruh dari realisme Barat. Hal ini dikarenakan ia pernah mengenyam pendidikan dasar-dasar seni lukis realisme di Barat, salah satu diantaranya di Belanda.

Sejak kedatangan Raden Saleh di Indonesia, realisme muncul sebagai salah satu gaya dalam seni lukis, dan gaya tersebut membawa perubahan baru seni lukis di Indonesia. Hasil karya seni lukis Raden Saleh lebih banyak mengambil tema kehidupan kaum bangsawan dan kehidupan binatang.

Kepiawaian teknik, bentuk, karakter, terang gelap dan seterusnya, yang diterapkan dalam karya seni lukis tersebut, menjadi perhatian bagi pelukis-pelukis lain di Indonesia, diantaranya adalah pelukis R. Abdullah Suryosubroto, Wakidi dan M. Pirngadi. Tiga pelukis yang pernah bergabung dalam sanggar Hindia Molek atau Mooi Indie (1925-1938) ini, mencoba meneruskan realisme di Indonesia. Tema yang dilukis masa itu hanya menampilkan keindahan alam Indonesia. Tema ini kurang mendapat perhatian dari pelukis-pelukis lain, karena menyempitkan gerakan tema seni lukis di Indonesia. Para pelukis lain yang masih meneruskan gaya realisme adalah Basuki Abdullah, Soedarso, Sudjojono, Affandi, hingga Rustamdji. Para pelukis ini juga merupakan bagian salah satu dari gabungan dalam sanggar-sanggar seni lukis Indonesia, seperti ada yang tergabung dalam sanggar, Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia 1938-1942), Poetera (Poesat Tenaga Rakyat), Sim (Seniman Masyarakat), dan sebagainya.

Dengan muncul dan berkembangnya beberapa sanggar seni lukis di Indonesia, maka tema-temanya pun mengalami perkembangan -- tidak lagi terbatas pada keindahan alam, binatang, potret, tetapi pada pengembangan dari kehidupan dan penderitaan rakyat sehari-hari seperti kehidupan orang cacat, orang miskin, pengamen, kaum buruh, hingga petani. Di sisi lain, pengembangan pada teknik melukis sangat diperhatikan pada masa itu, sehingga seni lukis realisme Indonesia memiliki identitas pribadi.

Mengenang Kembali
Kini, salah satu kurator Indonesia yakni Merwan Yusuf telah kembali memamerkan karya beraliran realisme di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat. Pameran itu telah digelar 24 September dan berakhir 8 Oktober 2003. Tujuan pameran ini, tentu untuk mengenang kembali pertumbuhan dan perkembangan seni lukis realisme Indonesia. Karya-karya seni lukis yang ditampilkan pada pameran kali ini antara lain karya Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Yuswantoro Adi, Ida Hadjar YW, Kustiya, Soedarso, hingga Gatot Prakosa. Setiap karya realisme yang dipamerkan memiliki ciri khas dan karakter pribadi. Hal ini nampak pada kemahiran pada teknik melukis, terang gelap suatu objek, ketepatan bentuk, kekontrasan warna-warna, komposisi, pengambilan objek, dll.

Salah satu contoh karya seni lukis disamping menekankan pada bentuk, perspektif dan terang gelap terdapat pada karya Yuswantoro Adi dan Dede Eri Supria. Sementara karya-karya Gatot Prakosa lebih mengandalkan pada komposisi bentuk, warna dan ruang. Kemudian karya Hendra Gunawan menekankan pada permainan warna-warna kontras yang terdapat pada setiap objek, dan penampilan warna-warna juga nampak terpisah-pisah. Pemisahan warna-warna ini, disamping mengesankan terang-gelapnya cahaya, dekat-jatuhnya objek dan memberi kesan ngeri, jijik dan takut. Kemudian bentuk wajah khususnya pada bagian wajah dari masing-masing objek hampir dibuat sama sehingga karakter objeknya juga berkesan sama.

Pijakan-pijakan dasar kesenilukisan realisme yang diterapkan masing-masing pelukis ini memberi dampak positif bagi kalangan pelukis muda lainnya, sehingga seni lukis realisme tetap menjadi eksis di masyarakat. Di samping itu, realisme merupakan dasar untuk melangkah menuju pada gaya-gaya berikutnya seperti surealis, abstrak, ekspresionis, kubisme, pop art, dan seterusnya. Bagi kalangan masyarakat luas -- negara Timur dan Barat, seni lukis realisme sangat mudah dipahami karena disamping bentuknya jelas, tekniknya halus dan dari segi temanya lebih banyak menggambarkan realitas sosial. Bahwa realitas sosial yang terjadi di kalangan masyarakat umumnya menjadi perhatian bagi para pelukis dunia, sehingga pahit dan bahagianya kehidupan masyarakat setempat tetap memberi inspirasi bagi kalangan seniman.

Minggu, 27 Juni 2010

PABLO PICCASO


Pablo Ruiz Picasso (25 Oktober 1881 – 8 April 1973) adalah seorang seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20. Jenius seni yang cakap membuat patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881 dengan nama lengkap Pablo (or El Pablito) Diego José Santiago Francisco de Paula Juan Nepomuceno Crispín Crispiniano de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz Blasco y Picasso López. Ayahnya bernama Josse Ruiz Blasco, seorang profesor seni dan ibunya bernama Maria Picasso Lopez.

Pendidikan
Picasso memiliki sifat yang selalu ingin belajar. Perbedaan kota atau negara bukan suatu halangan untuk memperoleh beragam ilmu. Di usia 14 tahun, ia lulus ujian masuk School of Fine Arts di Barcelona dan dua tahun pindah ke Madrid untuk belajar di Royal Academy. Tak lama kemudian dia kembali lagi ke Barcelona dan bergabung di Els Quatre Gats, tempat para penyair, artis dan kritikus untuk tukar menukar ide yang didapat dari luar Spanyol. Pada usia 23 tahun, Picasso pindah ke Paris, kota pusat seni dunia pada masa itu

Karya-karya
Picasso menghasilkan 20.000 karya dalam hidupnya. Yang menarik, Picasso sering berganti gaya lukisan. Ini bisa terjadi karena Picasso memiliki banyak teman. Seperti dari gaya lukisan biru dan merah jambu (karena lukisan didominasi warna biru dan merah jambu) berubah drastis ke gaya kubisme, akibat pengaruh pertemanannya dengan Georges Braque.

Gaya kubisme inilah yang mengejutkan dunia seni, karena mengubah persepsi orang akan suatu keindahan seni. Kalau sebelumnya lukisan wanita mudah dikenali wajah modelnya, oleh Picasso dibuat drastis sehingga bentuk lukisannya sulit dikenali lagi, seperti yang ia tuangkan lewat karya Demoiselles d'Avignon. Ini bukan berarti Picasso sembarangan saja membuat lukisan. Ia sebelumnya telah mempelajari karya pematung Iberia dan patung-patung Afrika lainnya (patung primitif) yang biasanya berbentuk melengkung dan tidak proporsional.

Ketidaksembarangan Picasso juga dibuktika dengan beberapa eksperimen yang sering dilakukannya, terutama pada perspektif dan distorsi yang ada pada suatu lukisan. Sehingga gaya kubisme temuan Picasso ini mengubah wawasan dunia akan penilaian suatu lukisan. lukisan bukan saja sebagai keindahan seni, tetapi merupakan pula sebagai hasil penelitian dan eksperimen.

Inspirasi dari Kenyataan Hidup
Picasso adalah seniman yang melankolis, berkepribadian kuat, egois dan hidupnya sangat bebas. Tak heran, karya karyanya banyak mencerminkan kepribadiannnya itu. kepribadiannya yang kuat, egois dan bebas, banyak terlihat dari karya seninya yang berkesan kontroversial dan sangat ekspresif, beda dari yang pernah ada sebelumnya. Di sisi lain, kemelankolisan Picasso terungkap dari sifatnya yang sangat sensitif serta rinci dalam menilai suatu kenyataan hidup. Ia sanggup membuat kenyataan hidup itu sebagai sumber inspirasi karyanya. Misalnya. lukisan Mesra Cinta (periode biru) yang bersuasana muram dan pesimis, mencerminkan masa-masa sulit Picasso di tengah situasi yang kompetitif. Lukisan Guernica yang menjadi pusat mata di Museum Reina Sofia (Madrid) adalah goresan tangan dari hasil ingatannya pada tragedi berdarah awal tahun 1930-an di daerah Basque, Guernica terjadi ketika perang sipil dan jatuhnya ratusan bom. Kemudian burung merpati, simbol perdamaian dunia, ternyata juga merupakan rancangannya. Picasso menyelesaikan seni grafis itu setelah terisnpirasi oleh burung Melanesia, pemberian Henri Matisse.

Lebih unik lagi, Picasso juga menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi. Konon, setiap wanita memberikan inspirasi berbeda baginya. Misalnya dari kekasihnya, Marie-Terese Walter, ia menghasilkan karya La Reve (mimpi) yang laku terjual 48.402.500 dolar AS. Dari kekasihnya yang lain, Eva Gouel, terlahir lukisan Femme Assise Dans Un Fauteuil, yang termasuk salah satu adikarya gaya kubistis. Tak heran jika Picasso sampai dijuluki Don Juan (playboy). Selain berganti-ganti kekasih, ia juga telah menikah beberapa kali, antara lain dengan Fernande Olivier, Marchelle Thumbert, Olga Kohklova dan Jaqueline Roque.

10 Karya Seni Telanjang Termahal di Dunia

Yang namanya barang seni banyak banget yang menampilkan gambar atau bentuk telanjang, yang mengharankan, dibawah ini adalah berbagai barang seni (kebanyakan sih lukisan ya) yang menunjukkan gambar telanjang, masalahnya harganya selangit banget bo... dan udah gitu...

Ya intinya mau ga loe beli karya seni kaya gini? (kursnya pake 10 rebu per 1 Dollar Amrik)

No.10 - Nu assis sur un divan (la belle Romaine), karya Amedeo Modigliani
Harga: 168 Milyar Rupiah

Amadeo Modigliani adalah seniman Italia yang hodup di awal abad 20 ini. Seperti seniman lain, terlibat dalam berbagai dunia gelap yang akhirnya memiliki nasib buruk, harus meninggal di usia muda, 35 tahun. Lukisan yang diciptakan pada 1919 ini menampilkan wanita dengan pakaian yang di jaman ini seperti thong. Gaya melukisnya unik dan susah masuk ke dalam kategori yang sudah ada.


No.9 - Les Femmes d’Alger (J), karya Pablo Picasso
Harga: 186 Milyar Rupiah

Picasso menempatkan karyanya di nomor 9. (J) di belakang judulnya itu adalah tanda bahwa lukisan ini adalah satu dari sekian versi dari konsep yang dibuatnya untuk lukisan yang sama. Versi J ini adalah versi termahal dari semua karya yang judulnya sama.


No.8 - Eve, grand modele-version sans rocher, karya Auguste Rodin
Harga: 190 Milyar Rupiah

Patung ini adalah salah satu karya dari maestro patung terbesar di dunia, Auguste Rodin. Kisah dibelakang patung ini unik, awalnya 'Eve' ini dibuat ukuran besar, sebagai teman patung 'Adam' karya Rodin. Tapi entah kenapa tidak pernah selesai. Akhirnya salah satu murid Rodin jatuh cinta kepada model patung 'Eve' dan akhirnya menikah dengan model tersebut.


No.7 - Naked Portrait with Reflection, karya Lucien Freud
Harga: 235 Milyar Rupiah

Lucien adalah seniman kontemporer, dan lukisan ini dibuat pada 1980, lukisan cat minyak diatas kanvas. Pantulan (reflection) yang dimaksud adalah gambar sepasang kaki di belakang sofa, yang dipercaya adalah kaki milik Lucien sendiri.


No.6 - Nu au Collier, karya Pablo Picasso
Harga: 240 Milyar Rupiah

Karya ini tersembunyi selama 60 tahun lamanya, sebelum akhirnya dilelang pada 2002. Karya ini diselesaikan pada 1930an pada puncak hubungan Picasso dengan Marie-Therese Walters, selingkuhannya.


No.5 - Nu Couche de Dos, karya Amedeo Modigliani
Harga: 269 Milyar Rupiah

Harga lukisan ini menembus rekor bagi karya seni buatan Modigliani, dan dianggap sebagai salah satu karya seni terindah buatan Modigliani


No.4 - Les Femmes d’Alger (O), karya Pablo Picasso
Harga: 320 Milyar Rupiah

Salah satu karya lain Picasso yang muncul dengan beberapa versi sekaligus. Versi O dari Les Femmes d’Alger adalah lukisan termahal dalam seri ini. Karya ini terjual pada 1997 dan harganya melebihi prediksi banyak orang.


No.3 - Benefits Supervisor Sleeping, karya Lucien Freud
Harga: 336 Milyar Rupiah

Lukisan ini dibuat pada 1995, dan diangap sebagai karya terbaiknya di era 1990an. Lukisan ini unik karena tidak mengikuti standar 'cantik' yang ada.


No.2 - Study of Nude with Figure in a Mirror, karya Francis Bacon
Harga: 397 Milyar Rupiah

Beberapa saat setelah meninggal pada 1992, lukisan ini 'hanya' berharga 10 Milyar Rupiah saja, tapi semakin lama, harganya meningkat gila-gilaan.


No.1 - Nude in a Black Armchair, karya Pablo Picasso
Harga: 451 Milyar Rupiah

Pablo Picasso memang pelukis handal, hampir semua karyanya selalu masuk dalam daftar terbaik dan termahal. Lukisan ini dibuat pada 1932, dan sejak 1999 menjadi lukisan telanjang termahal di dunia!

SENI MURNI




Meliputi keindahan luar dan dalam bagi orang yang merasakannya.
Seni murni sangat sulit dipahami oleh orang yang tidak mengikut sertakan jiwanya didalam melihat ataupun memandang karya ini.

Ketika sebuah lukisan dipertontonkan pada sebuah pameran banyak orang berdecak kagum karena melihat batapa indahnya lukisan itu. Tetapi mungkin hanya sedikit yang merasakan rasa haru didalam bathinnya dimana sesuatu telah menyentuh dasar alam jiwanya dan membuat getaran yang begitu kuat sehingga membuat dirinya bukan hanya sekedar mengaguni keindahan lukisannya tetapi dia telah lebih merasakan getaran keindahan dari jiwanya dan rasa haru yang dalam adalah sebuah bentuk expresi yang begitu dalam dari jiwanya.
Sebagian orang telah membuat beberapa pernyataan bahwa Seni Murni adalah hak mutlak seseorang untuk mengolah apa yang muncul secara naluriah dialam jiwanya dan mengekspresikannya sesuai dengan kehendaknya. Bahkan tidak ada sebuah kekuatanpun yang mampu menghalangi disaat orang ini akan berbuat sesuatu didalam proses perealisasiannya. Tetapi sebagian orang lagi beranggapan seni murni harus diolah dengan kedalaman berpikir yang dapat diolah dengan beberapa keahlian khusus yang dapat diajarkan pada seseorang agar dia dapat mengekspresikannya dengan lebih baik dan lebih dapat diterima oleh orang yang tidak mengerti makna yang terkandung didalamnya.
Sebagian lagi berpendapat bahwa sebuah karya seni murni harus dijadikan ciri dari kepribadian sipembuatnya bahkan kalau bisa dijadikan semacam pola dasar dari setiap karya yang akan dihasilkan kemudian. Pendapat ini banyak yang menentang karena lebih banyak yang beranggapan bahwa seni murni adalah lebih kepada kemurnian ekspresi dari bagian terdalam jiwa manusia sehingga tidak mungkin diberikan batasan batasan yang harus selalu diikuti disaat dia akan mengekspresikan keinginan imajinatifnya.
Kekuatan dari sebuah karya seni murni adalah olahan rasa yang disertai dengan kekuatan bathin yang begitu kuat didalam pembentukan nilai nilai keindahan pada sebuah karyanya sehingga secara perlahan akan merasuk kedalam jiwa orang lain yang melihat ataupun memperhatikannya dan inilah yang disebut SENI MURNI.
Ketika seseorang berkata bahwa dirinya adalah seniman yang ahli didalam pengolahan rasa yang akan diekspresikan pada sebuah karya seni murni, maka hal pertama yang harus dia periksa adalah HATI nya, karena dari sinilah akar dari SENI MURNI, bukan dari tarikan tangannya saja. Mungkin dia sangat mampu menggoreskan sesuatu pada sebuah bidang lukis, tetapi apabila disana tidak terdapat kedalaman rasa yang muncul dari dalam hatinya maka apapun yang dia hasilkan akan terasa kosong, tidak ada getaran2 halus yang menyelusup kedalam orang yang melihatnya.
Jadi sebenarnya setiap orang akan sangat mampu membuat sebuah karya seni murni tanpa harus mengikuti program pendidikan formal dan setiap orang dapat dengan bebas membuat sebuah karya seni murni selama dia menginginkannya, tetapi kedalaman rasa dan kedalaman jiwa dari karyanya belum tentu dapat membuat karyanya menjadi sebuah benda yang mampu menghidupkan makna yang terkandung didalamnya, dan ini artinya seseorang yang telah mampu membuat karya seni murni baru dapat dikatakan berhasil apabila karya yang dihasilkannya menjadi hidup dan dapat dirasakan getaran kehidupannya oleh orang lain.

Rabu, 23 Juni 2010

Tutorial 07 : How to draw REALISTIC HAIR

Senin, 21 Juni 2010

MEMBACA MAKNA SENI LUKIS ABSTRAK

SENI ABSTRAK


Seni abstrak adalah salah satu jenis kesenian kontemporer yang tidak menggambarkan obyek dalam dunia asli, tetapi menggunakan warna dan bentuk dalam cara non-representasional. Pada awal abad ke-20, istilah ini lebih digunakan untuk mendeskripsikan seni seperi kubisme dan seni futuristik.

Memahami Lukisan Abstrak
Lukisan abstrak sering menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat kebanyakan.

Lukisan apa ini? Kok tidak ada bentuknya? Seperti corat-coret saja! Lukisan seperti ini sulit dipahami. Pernyataan seperti itu sering terlontar ketika seseorang berhadapan dengan lukisan abstrak.

Karena tidak mengemukakan sesuatu yang kongkrit, lukisan abstrak terkesan sulit dimengerti. Hanya orang-orang tertentu saja yang menyukai lukisan jenis ini. Kesannya, lukisan abtrak menjadi karya seni kaum elit dan hanya dipahami kaum intelek saja. Padahal sebenarnya tidak sulit memahami lukisan abstrak.

Sekilas Seni Abstrak

Louis Fichner dalam Understanding Art (1995) menyatakan, seni abstrak merupakan penyederhanaan atau pendistorsian bentuk-bentuk, sehingga hanya berupa esensinya saja dari bentuk alam atau objek yang diabstraksikan. Abstraksi, mengubah secara signifikan objek-objek sehingga menjadi esensinya saja.

Seni abstrak diciptakan melalui dua pendekatan. Pertama, seni abstrak diciptakan tanpa merujuk secara langsung pada bentuk-bentuk eksternal atau realitas. Ke dua, seni abstrak berupa citraan-citraan yang diabstraksikan yang berasal dari alam. Seni abstrak diciptakan melalui proses mengubah atau menyederhanakan bentuk-bentuk menjadi bentuk geometrik atau biomorfik. Seni abstrak juga dapat diciptakan dalam bentuk ekspresif.

Istilah nonobjective dahulu digunakan untuk mendeskripsikan jenis-jenis seni abstrak tertentu. Istilah ini kemudian ditinggalkan oleh para kritikus kontemporer dan para sejarawan. Mereka lebih memilih istilah seni abstrak daripada seni nonobjective. Seni abstrak muncul pada abad 20 dalam seni rupa Barat, sebagai seni avant-garde.

Lukisan abstrak berupa abstraksi pohon dibuat oleh pelukis Piet Mondrian. Pelukis ini menciptakan lukisan abstrak melalui beberapa tahapan. Pertama, pohon digambar tampak seperti mata memandang. Kemudian pohon digambar berdasarkan esensinya saja, yaitu struktur garisnya.

Lukisan abstrak lainnya, lukisan ekspresionis karya Jackson Pollock, merupakan ekspresi murni pelukis tanpa merujuk pada objek-objek alam. Lukisan abstrak ini diciptakan berdasarkan intuisi pelukis. Cat warna-warni di tuangkan pada permukaan kanvas, sehingga membentuk komposisi-komposisi tertentu.

Ibarat Mendengar Musik Instrumental

Wassily Kandinsky pelukis ternama Rusia, menyatakan, lukisan abstrak itu ada kemiripan dengan musik. Memahami lukisan abstrak bisa diibaratkan seperti kita mendengarkan musik instrumental. Kita bisa merasakan keindahan nada-nada musik itu tanpa harus dibebani dengan muatan-muatan verbal.

Semua unsur estetika dikembalikan pada bentuknya yang paling murni. Pada musik, semua unsur nada mewakili nada itu sendiri. Pada senilukis, warna mewakili warna, garis mewakili garis, demikian pula dengan unsur-unsur visual lainnya. Pada lukisan abstrak, unsur-unsur visual tidak digunakan untuk merepresentasikan objek-objek tertentu.

Pada lukisan abstrak, unsur-unsur visual disusun sedemikian rupa, sehingga menyampaikan pesan atau kesan tertentu. Unsur-unsur visual ini sendiri memiliki karakter dan makna-makna simbolik. Karakter dan makna simbolik unsur-unsur visual dapat menyiratkan makna tertentu yang diinginkan pelukis.

Jika pada musik instrumental orang bisa merasakan nada-nada senang, sedih, semangat dan sebagainya. Demikian pula dengan lukisan. Komposisi unsur-unsur visual bisa menunjukkan hal yang sama. Kesan kalem, tenang, tegas, berani, optimis dan sebagainya dapat diciptakan melalui komposisi unsur-unsur visual.

Klasifikasi warna

Lukisan abstrak dapat dianalisis berdasarkan klasifikasi warnanya. Warna dapat diklasifikasian dalam beberapa kelompok, yaitu warna panas, dingin, harmonis, monokromatis, kontras dan netral. Warna panas terdiri dari unsur-unsur warna merah, kuning dan oranye. Warna dingin terdiri dari unsur-unsur warna hijau, hijau muda, dan biru.

Warna harmonis terdiri dari unsur-unsur warna berdekatan dalam lingkaran warna. Contohnya warna biru, hijau dan hijau muda. Atau warna merah, oranye dan kuning.

Warna monokromatis, warna yang disusun berdasarkan warna senada. Warna senada dibuat dengan menambahkan warna putih atau hitam. Warna biru bila ditambahkan warna putih akan menjadi biru terang. Semakin banyak warna putih ditambahkan, warna biru akan tampak semakin terang. Dengan cara seperti ini warna biru terang bisa dibuat menjadi beberapa tingkatan. Jika disusun dalam bidang gambar warna ini menjadi warna monokromatis biru.

Jika ditambahkan warna hitam, warna biru akan menjadi biru gelap. Semakin banyak warna hitam ditambahkan, warna biru akan semakin gelap. Dengan cara ini pula warna biru gelap bisa dibuat beberapa tingkatan. Jika disusun dalam bidang gambar, menjadi susunan warna biru monokromatis.

Warna kontras terdiri dari unsur-unsur warna yang saling bertentangan. Warna hitam dan warna putih adalah kontras karena sangat bertentangan. Warna kuning dengan ungu juga kontras. Demikian pula warna merah dengan hijau. Warna kontras adalah warna-warna yang sangat bertentangan. Dalam lingkaran warna, posisi warna kontras saling berhadapan.

Karakter warna

Lukisan abstrak juga dapat dianalisis berdasarkan karakter warnanya. Karakter warna, kesan yang ditimbulkan oleh warna. Warna kuning, oranye dan merah memberi kesan warna hangat, gembira, semangat, berani dan sebagainya. Warna biru, hijau dan hijau muda memberi kesan sejuk, tenang, nyaman, dan sebagainya. Warna hitam, putih, dan abu-abu adalah warna netral.
Karakter Garis dan Tekstur
Lukisan abstrak juga dapat dianalisis berdasarkan karakter garis dan teksturnya. Garis dan tekstur memiliki karakter tertentu. Garis meliuk terkesan gemulai, lembut dan lunak. Garis lurus dan menikung tajam terkesan kaku, tegas dan keras. Demikian pula dengan tekstur, permukaan tekstur lukisan menyampaikan karakter tertentu. Tekstur halus memberikan kesan lembut dan nyaman. Sedangkan tekstur kasar manyampaikan kesan sebaliknya, keras dan tidak nyaman.

Komposisi

Lukisan abstrak juga dapat dianalisis komposisinya. Komposisi lukisan dapat diciptakan dengan berbagai cara. Pertama, komposisi balans simetris. Pada komposisi ini unsur-unsur visual lukisan disusun seimbang secara simetris. Kedua, komposisi balans asimetris. Pada komposisi ini, susunan unsur-unsur visual lukisan disusun seimbang namun tidak simetris.

Makna Simbolik

Lukisan abstrak juga dapat dianalisis berdasarkan warna simboliknya. Warna simbolik menyampaikan pesan-pesan atau kesan-kesan tertentu berdasarkan karakter warna. Warna sebagai simbol dipergunakan atas dasar konvensi, atau suatu kebiasaan yang berlaku umum.

Mawar merah dapat diartikan sebagai lambang cinta. Berdasarkan karakternya, warna merah terkesan semangat, berani, hangat, bahagia, dan optimis. Seorang pemuda yang memberikan setangkai mawar merah pada gadis pujaannya, dapat diartikan pemuda itu menyatakan cinta pada si gadis. Karakter warna merah dapat dianggap mewakili perasaan pemuda itu.

Warna hitam sering dipergunakan untuk menyatakan dukacita. Berdasarkan karakternya, warna hitam terkesan gelap, misterius, murung, sedih dan tenang. Pada upacara pemakaman biasanya orang mengenakan busana warna hitam sebagai pernyataan duka cita.

Demikian pula dengan warna-warna lainnya. Setiap warna memiliki karakter dan makna-makna simbolik tertentu. Warna hijau misalnya, banyak dipergunakan untuk simbol lingkungan hidup. Warna ini memiliki karakter sejuk, dingin, segar, tenang, dan nyaman. Warna hijau memberikan kesan kehidupan.

Warna kuning banyak dimanfaatkan untuk upacara-upacara gemerlap dan mewah. Warna kuning mengesankan kemegahan. Warna putih banyak dipergunakan untuk upacara-upacara sakral. Warna putih mengesankan bersih dan suci.
Pada lukisan abstrak, seorang pelukis memilih warna-warna berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pilihan-pilihan warna berdasarkan pada karakter dan makna-makna simbolik warna itu sendiri. Seorang pelukis abstrak tidak asal saja menaruh warna-warna pada kanvas.

Menikmati Lukisan Abstrak

Menikmati lukisan abstrak dapat dilakukan dengan cara melihat keharmonisan susunan unsur-unsur visualnya. Unsur-unsur visual berupa komposisi, warna, garis, dan tekstur lukisan menciptakan kesan dan pesan tertentu. Setiap orang berhak menafsirkan lukisan abstrak sesuai dengan latar belakang pengalamannya. Karena lukisan adalah tanda visual multi interpretasi.